Senin, 01 Maret 2010
Hitler Mati Di Indonesia ?
Mantan penguasa Jerman, Adolf Hilter dikabarkan meninggal di Surabaya. Sebuah makam bertuliskan dr GA Poch di TPU Ngagel, Surabaya jadi pintu masuk untuk menguak kebenaran misteri ini.
Suhartoko dosen Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyikapi lunak informasi tersebut. "Benar atau tidak, itu sebuah sejarah besar, kita harus merasa tertantang untuk menelusurinya," kata Suhartoko mengawali obrolan dengan VIVAnews di kampus Unesa, Kamis, 25 Februari 2010.
Diterangkan dia, Jerman pernah menjadi pusat perhatian dunia. Jerman adalah negara kuat, yang tengah mengembangkan nuklir di jamannya.
Itulah yang membuat posisi Jerman diperhitungkan oleh banyak negara.
"Di kepemimpinan Adolf Hitler, Jerman tengah menyiapkan pengerjaan reaktor senjata nuklir di Afrika Barat. Diberi nama Guns of Navarone. Jika itu terwujud, Jerman menjadi negara superpower tidak ada yang menandingi," lanjut dosen sejarah itu.
"Saat negara itu hancur, Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berebut apa saja yang dimiliki Jerman. Termasuk tokoh-tokoh dan ilmuwan NAZI," terang lulusan S2 UGM ini.
"Saat terjadi kerusuhan besar-besaran, banyak orang pintar atau ilmuwan Jerman yang hilang. Ada yang menyebut mati dibunuh ada juga yang mengatakan diculik dan dibawa ke negara lain. Banyak juga yang hingga saat ini belum diketahui rimbanya," lanjut dia.
Terkait sejumlah spekulasi yang muncul terkait kematian Hitler, Suhartoko mengatakan bisa jadi pascakerusuhan, Adolf Hitler menghilang.
Dosen itu menyebut, sebagai pucuk pimpinan itu hal wajar, NAZI pasti berusaha melindungi dan menyelamatkan pimpinannnya. Kalau tidak, ia juga akan menjadi korban target "perburuan" orang pintar asal Jerman.
"Nah, yang dihubungkan dengan pelariannya ke Indonesia inilah yang perlu dikaji dengan cermat.
Apalagi, sekarang muncul dugaan makam dr GA Poch di TPU Ngagel adalah Hitler. Ini menarik, karena Indonesia khususnya Surabaya akan kembali tercatat sebagai perjalanan panjang sejarah dunia. Ini tugas Anda menelusurinya," kata Suhartoko.
Ditanya kemungkinan ada pelarian tentara NAZI ke Indonesia, menurutnya itu sangat mungkin. Sebab, kala itu Indonesia masih 'dikuasai' Belanda. Dikatakan, bisa jadi dengan menyaru sebagai tenaga medis, Hitler ataupun orang NAZI lainnya masuk ke Indonesia.
Mereka lalu melakukan tugas kemanusiaan di Pulau Sumbawa Besar. "Itu mungkin saja lho terjadi," katanya.
Terlepas, dia [dr Poch] Hitler atau bukan, melakukan kegiatan pengobatan di daerah terpencil, adalah peluang untuk menghilangkan jejak. "Ini menarik," lanjutnya.
Soal hijrahnya Poch ke Surabaya dan lalu dirawat di RS Karang Menjangan, Suhartoko memberikan beberapa kemungkinan.
Pertama, mungkin saja, Poch sengaja menyembunyikan identitas. Mengaku sebagai sebagai tenaga medis PMI Internasional, hingga dirawat di Karang Menjangan.
"Itu sangat mungkin, sebab sesama petugas kemanusiaan atau (PMI) Internasional Karang Menjangan -yang saat itu dikuasai asing- pasti menerima dan memberikan layanan," kata dia.
Kemungkinan kedua, Poch dirawat sebagai tentara. Di Surabaya dulu, tentara berpangkat tinggi dirawat di RS Simpang dan RS Darmo. Sementara, Karang Menjagan menjadi rujukan pasien umum, dan juga tentara.
Atau, kemungkinan ketiga, Poch juga ikut bekerja di RS Karang Menjangan sebagai dokter.
Sayangnya, RS Simpang yang diduga menyimpan dokumen sejarah berubah menjadi pertokoan. Arsip atau dokumen itu tidak diketahui rimbanya.
"Saya yakin, semua dokumen saat itu ada di RS Simpang yang kini sudah hilang," ujar dia.
***
Sebelumnya, spekulasi Adolf Hitler meninggal di Surabaya, itu diawali dari artikel Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama 'Hope' di Sumbawa Besar.
Kata Sosrohusodo, Poch, dokter tua Jerman yang dia temui di Sumbawa adalah Hitler.
Laporan: Tudji Martudji | Surabaya
• VIVAnews
Mantan penguasa Jerman, Adolf Hilter dikabarkan meninggal di Surabaya. Sebuah makam bertuliskan dr GA Poch di TPU Ngagel, Surabaya jadi pintu masuk untuk menguak kebenaran misteri ini.
Suhartoko dosen Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyikapi lunak informasi tersebut. "Benar atau tidak, itu sebuah sejarah besar, kita harus merasa tertantang untuk menelusurinya," kata Suhartoko mengawali obrolan dengan VIVAnews di kampus Unesa, Kamis, 25 Februari 2010.
Diterangkan dia, Jerman pernah menjadi pusat perhatian dunia. Jerman adalah negara kuat, yang tengah mengembangkan nuklir di jamannya.
Itulah yang membuat posisi Jerman diperhitungkan oleh banyak negara.
"Di kepemimpinan Adolf Hitler, Jerman tengah menyiapkan pengerjaan reaktor senjata nuklir di Afrika Barat. Diberi nama Guns of Navarone. Jika itu terwujud, Jerman menjadi negara superpower tidak ada yang menandingi," lanjut dosen sejarah itu.
"Saat negara itu hancur, Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berebut apa saja yang dimiliki Jerman. Termasuk tokoh-tokoh dan ilmuwan NAZI," terang lulusan S2 UGM ini.
"Saat terjadi kerusuhan besar-besaran, banyak orang pintar atau ilmuwan Jerman yang hilang. Ada yang menyebut mati dibunuh ada juga yang mengatakan diculik dan dibawa ke negara lain. Banyak juga yang hingga saat ini belum diketahui rimbanya," lanjut dia.
Terkait sejumlah spekulasi yang muncul terkait kematian Hitler, Suhartoko mengatakan bisa jadi pascakerusuhan, Adolf Hitler menghilang.
Dosen itu menyebut, sebagai pucuk pimpinan itu hal wajar, NAZI pasti berusaha melindungi dan menyelamatkan pimpinannnya. Kalau tidak, ia juga akan menjadi korban target "perburuan" orang pintar asal Jerman.
"Nah, yang dihubungkan dengan pelariannya ke Indonesia inilah yang perlu dikaji dengan cermat.
Apalagi, sekarang muncul dugaan makam dr GA Poch di TPU Ngagel adalah Hitler. Ini menarik, karena Indonesia khususnya Surabaya akan kembali tercatat sebagai perjalanan panjang sejarah dunia. Ini tugas Anda menelusurinya," kata Suhartoko.
Ditanya kemungkinan ada pelarian tentara NAZI ke Indonesia, menurutnya itu sangat mungkin. Sebab, kala itu Indonesia masih 'dikuasai' Belanda. Dikatakan, bisa jadi dengan menyaru sebagai tenaga medis, Hitler ataupun orang NAZI lainnya masuk ke Indonesia.
Mereka lalu melakukan tugas kemanusiaan di Pulau Sumbawa Besar. "Itu mungkin saja lho terjadi," katanya.
Terlepas, dia [dr Poch] Hitler atau bukan, melakukan kegiatan pengobatan di daerah terpencil, adalah peluang untuk menghilangkan jejak. "Ini menarik," lanjutnya.
Soal hijrahnya Poch ke Surabaya dan lalu dirawat di RS Karang Menjangan, Suhartoko memberikan beberapa kemungkinan.
Pertama, mungkin saja, Poch sengaja menyembunyikan identitas. Mengaku sebagai sebagai tenaga medis PMI Internasional, hingga dirawat di Karang Menjangan.
"Itu sangat mungkin, sebab sesama petugas kemanusiaan atau (PMI) Internasional Karang Menjangan -yang saat itu dikuasai asing- pasti menerima dan memberikan layanan," kata dia.
Kemungkinan kedua, Poch dirawat sebagai tentara. Di Surabaya dulu, tentara berpangkat tinggi dirawat di RS Simpang dan RS Darmo. Sementara, Karang Menjagan menjadi rujukan pasien umum, dan juga tentara.
Atau, kemungkinan ketiga, Poch juga ikut bekerja di RS Karang Menjangan sebagai dokter.
Sayangnya, RS Simpang yang diduga menyimpan dokumen sejarah berubah menjadi pertokoan. Arsip atau dokumen itu tidak diketahui rimbanya.
"Saya yakin, semua dokumen saat itu ada di RS Simpang yang kini sudah hilang," ujar dia.
***
Sebelumnya, spekulasi Adolf Hitler meninggal di Surabaya, itu diawali dari artikel Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama 'Hope' di Sumbawa Besar.
Kata Sosrohusodo, Poch, dokter tua Jerman yang dia temui di Sumbawa adalah Hitler.
Laporan: Tudji Martudji | Surabaya
sumber: http://nasional.vivanews.com/news/read/132366-_nazi_pasti_berusaha_selamatkan_hitler_
• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar